PERANCANGAN JEMBATAN

1. sistem transportaasi nasional
a. Program Pengembangan Sistem Transportasi
Program pengembangan sistem transportasi bertujuan untuk memberikan arahan dan strategi bagi penyusunan kebijaksanaan pembangunan transportasi secara berkesinambungan, baik transpor­tasi darat, laut maupun udara sehingga terwujud sistem transportasi nasional yang andal, terpadu, efisien, berkemampuan tinggi dan merata, serta terjangkau oleh masyarakat.
Dalam kaitan itu, dikembangkan konsep strategis dan kebijak­sanaan dasar sistem transportasi nasional melalui beberapa kegiatan pengkajian dan pengembangan, yaitu 
  1. pengkajian sistem trans­portasi nasional; 
  2. pengkajian mobilitas nasional; 
  3. pengkajian transportasi regional; 
  4. pengkajian transportasi perkotaan; 
  5. pengembangan sistem angkutan umum masal; 
  6. peningkatan manajemen transportasi perkotaan;
  7.  peningkatan keselamatan sistem transportasi; 
  8. pengkajian alih teknologi di bidang trans­portasi; dan 
  9. pengkajian sistem transportasi kawasan timur Indonesia.
b. Program Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan
Tujuan program pembangunan prasarana jalan dan jembatan adalah memantapkan dan memperluas jaringan jalan yang menghu­bungkan daerah pusat produksi dan pemasaran, daerah perkotaan serta perdesaan dan menjangkau daerah tertinggal. Program ini juga mendukung pembangunan sektor industri, pertanian, perda­gangan, pariwisata, dan sektor lainnya. Kegiatan program pem­bangunan di bidang jalan dan jembatan meliputi (1) rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan; (2) peningkatan jalan dan peng­gantian jembatan; dan (3) pembangunan jalan dan jembatan baru.
1) Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan ditujukan untuk memelihara, merawat, dan memperbaiki kerusakan pada seluruh ruas jalan yang ada serta menjaga agar kondisi jalan yang sudah mantap dapat dipertahankan. Pemeliharaan jalan tersebut dilakukan, baik secara rutin maupun secara berkala 2-3 tahun sekali. Kegiatan ini mencakup rehabilitasi dan pemeliharaan jalan yang tersebar di 27 propinsi yang meliputi jalan arteri sepanjang 76.530 kilometer, jalan kolektor sepanjang 137.170 kilometer, jalan lokal sepanjang 428.180 kilometer termasuk jalan poros desa sepanjang 42.580 kilometer untuk menghubungkan 3.630 desa dengan pusat kegiatan ekonomi dengan prioritas desa tertinggal, dan jembatan sepanjang 120.000 meter.
2) Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan
Peningkatan jalan dan penggantian jembatan ditujukan guna menumbuhkembangkan jaringan dan kualitas jalan sehingga tingkat pelayanannya tetap dapat dipertahankan sesuai dengan tuntutan transportasi yang terus berkembang. Kegiatan ini meliputi peningkatan geometri, kapasitas, dan peningkatan struktur dari tekanan gandar 8 ton menjadi 10 ton, peningkatan jalan lintas timur dan barat Sumatera. Peningkatan jalan dan penggantian jembatan dilakukan tersebar di 27 propinsi mencakup:
  • peningkatan jalan arteri sepanjang 5.700 kilometer antara lain di lokasi ruas Cilegon - Cikande - Jakarta, Cikampek - Pamanukan - Lohbener, Gempol - Malang, Bawen - Karto­suro, Pasuruan - Probolinggo, Palembang - Prabumulih - Muara Enim, Medan - Lubuk Pakam - Perbaungan - Tebing Tinggi, Dumai - Junction - Batang, Panti - Lubuk Sikaping - Bukit Tinggi, Cileunyi - Nagreg, Gempol - Pasuruan, Gempol - Mojosari, dan Sidoarjo - Gempol;
  • peningkatan jalan kolektor sepanjang 15.650 kilometer antara lain di lokasi ruas Asam Baru - Pangkalan Bun di Kalimantan Tengah, Watampone - Papanua - Tampangeng di Sulawesi Selatan, Kaeratu - Eti dan Podiwang - Tobelo di Maluku, serta pulau Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat.
  • peningkatan jalan lokal sepanjang 65.000 kilometer termasuk jalan poros desa sepanjang 6.630 kilometer dengan prioritas desa tertinggal;
  • penggantian jembatan sepanjang 55.000 meter.
3) Pembangunan Jalan dan Jembatan
Pembangunan jalan dan jembatan ditujukan untuk membuka isolasi dan menambah panjang jalan sesuai dengan perkembangan kawasan serta menghubungkan antarwilayah, antara lain lintas selatan Kalimantan, lintas selatan Jawa Barat, lintas barat dan timur Sulawesi, lintas Seram, lintas Halmahera, lintas Yamdena, lintas Irian, dan persiapan lintas utara dan tengah Kalimantan, lintas utara Flores, dan lintas selatan Timor. Kegiatan pembangun­an jalan dan jembatan mencakup:
  • pembangunan jalan arteri sepanjang 1.370 kilometer, antara lain Nangasokan - Pangkalan Bun (Kalimantan), Wolo - Wofu (Sulawesi), dan Wamena - Senggi (Irian);
  • pembangunan jalan arteri tol sepanjang 310 kilometer, antara lain di lokasi ruas Cikampek - Padalarang, Tanjung Priok - Pluit, Cikampek - Cirebon, Jakarta - Serpong, Ciujung - Merak, dan Pelabuhan Laut - Tallo - A.P. Petta Rani;
  • pembangunan jalan lintas perbatasan, seperti Seluas - Entikong di Propinsi Kalimantan Barat, Ranai - Selat Lampa di Propinsi Riau, Merauke - Tanah Merah - Waropko dan Jayapura - Yetti - Ubrub - Oksibil di Propinsi Irian Jaya, serta persiapan pembangunan ruas jalan Waropko - Oksibil sehingga lintas perbatasan Irian Jaya dapat terwujud.
  • pembangunan jalan kolektor sepanjang 3.530 kilometer;
  • pembangunan jalan lokal sepanjang 1.840 kilometer
  • pembangunan jalan poros desa sepanjang 3.260 kilometer;
  • pembangunan jembatan sepanjang 30.250 meter.
Jalan poros desa, dalam Repelita VI akan ditingkatkan pem­bangunannya dengan memberi prioritas pada desa tertinggal, yang keadaan jalannya menjadi penyebab keterbelakangan disbanding dengan desa lainnya. Sasaran di bidang prasarana jalan dalam Repelita VI secara rinci dapat dilihat dalam 
c. Program Pembangunan Transportasi Dara
Program pembangunan transportasi darat ditujukan untuk menciptakan kelancaran, ketertiban, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan transportasi darat. Di samping itu, program tersebut juga berfungsi untuk memadukan moda-moda transportasi lainnya sehingga diperoleh jaringan transportasi antarmoda yang terpadu. Program ini meliputi kegitan;

  • pengembangan fasilitas lalu lintas jalan; 
  • pengembangan perkeretaapian; dan 
  • peningkatan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.
1) Pengembangan Fasilitas Lalu Lintas Jalan
Tujuan kegiatan pengembangan fasilitas lalu lintas jalan adalah menciptakan kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan, serta kenyamanan transportasi jalan raya. Kegiatan pengembangan fasilitas lalu lintas jalan meliputi:
  • pengadaan dan pemasangan rambu jalan 46.000 buah, pagar pengaman jalan 310 kilometer, marka jalan 3.800 kilometer, dengan lokasi tersebar di 27 propinsi;
  • pengadaan dan pemasangan peralatan pengujian kendaraan bermotor 106 unit, dengan lokasi tersebar di 27 propinsi;
  • pengadaan dan pemasangan lampu lalu lintas 178 unit, ter­- sebar di 27 propinsi
2.Prinsip dasar standardisasi
 Produk konstruksi jembatan yang aman & berkualitas (adanya jaminan mutu konstruksi) 
 Mudah & siap dipasang di segala tempat dengan resiko yang minimal 
 Pembagian biaya konstruksi dengan pemerintah setempat
Alasan standarisasi
 Hampir seluruh sungai di indonesia adalah sungaisungai kecil  Hanya 2% jembatan yang melintasi sungai-sungai besar (> 100m) 
3. Tumpuan Struktur Bangunan

Tumpuan pada struktur bangunan pada umumnya bermacam-macam bentuknya, tetapi secara struktur bentuk tumpuan setiap konstruksi adalah sama, yaitu :


1.    Tumpuan Sendi

Definisi umum: tumpuan sendi sering disebut dengan engsel karena cara bekerja mirip dengan cara kerja engasel. Tumpuan sendi mampu memberikan reaksi arah Vertikal dan Horizontal, artinya tumpuan sendi dapat menahan gaya vertical dan horizontal atau dengan kata lain terdapat 2 buah variable yang akan diselesaikan (Ay dan Ax ). Tumpuan sendi ini dapat menahan momen.
Dalam kehidupan sehari-hari, tumpuan sendi paling banyak ditemui pada konstruksi jembatan, seperti pada Jembatan Kali Gajahwong yang berada di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta dan Jembatan Kali Progo di daerah Boyolali. Dimana salah satu tumpuan jembatan adalah tumpuan sendi.


Gambar 1.1 Sendi Jembatan Kali Gajahwong


Pada Jembatan Kali Gajahwong bentuk tumpuan sendi berbentuk seperti pada umumnya, dimana ada 2 segitiga yang mengapit sebuah rol sehingga tumpuan tersebut akan mampu menerima gaya baik vertikal maupun horizontal. Di Jembatan ini, terdapat 4 tumpuan sendi sekaligus yang terletak sejajar menyamping di bawah jembatan.



Gambar 1.2 Sendi Jembatan Kali Progo

Pada Jembatan Kali Progo di Boyolali bentuk tumpuan sendi berbentuk seperti ada 2 lingkaran yang membentuk sebuah sendi pada satu tumpuan. Bentuk sendi pada jembatan ini berbeda dengan bentuk sendi pada jembatan sebelumnya. Pada jembatan modern (baru) bentuk sendi sudah mengalami berbagai variasi salah satunya seperti pada Jembatan Kali Progo di Boyolali. Tetapi meskipun berbeda bentuk, sendi pada jembatan ini tetap memiliki konsep yang sama dengan sendi pada umumnya yaitu dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak mampu menahan momen.

Kesimpulan:
Ada bermacam-macam bentuk atau variasi sendi pada tiap jembatan dan sendi dapat diartikan struktur yang tidak mengalami defleksi arah vertikal maupun horizontal dan hanya mengalami rotasi pada tumpuannya.



2.   Tumpuan Rol

   Definisi umum: Tumpuan yang dapat bergeser ke arahhorizontalsehingga tumpuan ini tidak dapat menahan gaya horizontal. Pada tumpuan terdapat roda yang dapat bergeser dimana berfungsi untuk mengakomodasi pemuaian pada konstruksi sehingga konstruksi tidak rusak. Tumpuan roll hanya mampu memberikan reaksi arah vertical, artinya tumpuan hanya dapat menahan gaya vertical saja,sehingga hanya terdapat 1 buah variable yang akan di selesaikan
( Ay saja ).
Dalam kehidupan sehari-hari, tumpuan rol paling banyak ditemui pada konstruksi jembatan sama seperti tumpuan sendi, seperti pada Jembatan Kali Gajahwong yang berada di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta dan Jembatan Kali Progo di daerah Boyolali. Dimana salah satu tumpuan jembatan adalah tumpuan sendi.

Gambar 2.1 Rol Jembatan Kali Gajahwong

Pada Jembatan Kali Gajahwong bentuk tumpuan rol terlihat jelas seperti pada gambar 2.1 dimana tumpuan tersebut akan mampu menerima gaya secara vertikal. Di Jembatan ini, terdapat 4 tumpuan rol yang terletak sejajar menyamping di bawah jembatan. Letaknya sendiri berada di sisi lain atau bersebrangan dengan letak tumpuan sendi.


Gambar 2.2 Rol Jembatan Kali Progo
 Pada Jembatan Kali Progo, sama seperti tumpuan sendi di jembatan ini, bentuk tumpuan rol pada jembatan ini pun memiliki variasi bentuk yang berbeda dengan rol pada umumnya. Rol di Jembatan ini terdapat 2 buah rol yang berjajar dan bentuknya hampir menyerupai katrol. Letaknya pun bersebrangan dengan letak tumpuan sendi.

Kesimpulan:
Terdapat variasi bentuk rol pada tiap jembatan dan rol dapat diartikan struktur yang tidak mengalami defleksi vertikal dan memiliki rotasi serta defleksi horizontal.

4. precast

Kemampuan sebuah jembatan beton prategang sangat dipengaruhi oleh kekuatan girdernya. Oleh karena itu dalam tugas akhir ini penulis akan merencanakan struktur I girder prestressed segmental pada jembatan beton prategang dengan metode post-tensioning. Struktur beton prategang lebih ekonomis karena pada beban dan bentang yang sama dapat digunakan profil girder yang lebih kecil. Penggunan profil I girder dipilih karena dianggap mudah dalam proses pembuatan, lebih efisien dan mudah pelaksanaannya di lapangan. Proses perhitungan dilakukan dengan bantuan program microsoft office excel, hal ini dikarenakan program tersebut mudah didapat, mudah digunakan dan mudah dipahami. Adapun tulisan ini merupakan suatu perencanaan dari sebuah tugas akhir (Dini Fitria Annur, 2013).
Jembatan adalah bagian jalan yang berfungsi untuk menghubungkan antara dua jalan yang terpisah karena suatu rintangan seperti sungai, lembah, laut, jalan raya dan rel kereta api. Jembatan sangat vital fungsinya terhadap kehidupan manusia, dan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan studi yang menarik (Bambang Supriyadi, 2007). Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8-14 persen dari kuat tekannya. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif di dalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak di bagian tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Selain itu, retak-retak di sekitar baja tulangan berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air dan udara luar ke dalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya baja tulangan akibat karatan akan berakibat fatal bagi struktur. Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya diciptakan struktur-struktur beton bertulang dengan bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif. Akibat kekurangan-kekurangan tersebut maka timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi bahan beton, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (rendon) yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan. Beton pratekan pertama kali ditemukan oleh Eugene Freyssinet, seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak, relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja bermutu tinggi. Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar (akibat stressing) dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal (T.Y.Lin, 2000). Pada beton prategang, baja sebelumnya ditarik terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pemanjangan yang berlebihan pada saat pembebanan, sementara beton ditekan terlebih dahulu untuk mencegah retak-retak akibat tegangan tarik. Dengan memanfaatkan momen sekunder akibat stressing untuk mengimbangi momen akibat beban luar tinggi komponen beton prategang berkisar antara 65% sampai 80% tinggi komponen beton bertulang pada bentang dan beban yang sama, dengan demikian beton prategang membutuhkan lebih sedikit beton dan sekitar 20% sampai 30% banyaknya tulangan (Edward G. Nawy, 2001).

5. tipe-tipe jembatan

Berdasarkan fungsinya dibedakan sebagai berikut :
  • Jembatan jalan raya (highway bridge)
  • Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
  • Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai beriku :
  • Jembatan di atas sungai atau danau
  • Jembatan di atas lembah
  • Jembatan di atas jalan yang ada (fly over)
  • Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert)
  • Jembatan di dermaga (jetty).
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
  • Jembatan kayu (log bridge)
  • Jembatan beton (concrete bridge)
  • Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)
  • Jembatan baja (steel bridge)
  • Jembatan komposit (compossite bridge).
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
  • Jembatan plat (slab bridge)
  • Jembatan plat berongga (voided slab bridge)
  • Jembatan gelagar (girder bridge)
  • Jembatan rangka (truss bridge)
  • Jembatan pelengkung (arch bridge)
  • Jembatan gantung (suspension bridge)
  • Jembatan kabel (cable stayed bridge)
  • Jembatan cantilever (cantilever bridge).
sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAJA PROFIL

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ATAP BAJA RINGAN DAN ATAP BAJA PROFIL

STRUKTUR ATAP